BOC HOSTING

Hosting Indonesia jual buku anak

Minggu, 07 Desember 2014

Kenangan di Taman Postulan

Malam Kenangan
 Hari Raya Santa Perawan Maria Dikandung Tanpa Noda.

http://gramediaonline.com/moreinfo.cfm?Product_ID=730657
Bisa Dibaca koq.
 Minggu, 7 Desember 2014 Saya melewati tidur malam yang tenang dan sejuk, seindah kenangan puluhan tahun yang lalu, tepatnya 8 Desember 1985. Selimut malam yang sangat indah bagi dunia dengan seluruh ciptaan Allah, membuat hati tersenyum mengenang masa yang indah itu.  Tiga orang pemuda tanggung dengan tekad yang menggelora memasrahkan kehendaknya untuk berbakti kepada Tuhan dan Gereja-Nya. 

Dan memang... sangat indah hidup bersama Tuhan. Hari-hari yang sangat indah itu kami lalui bersama dalam 'Taman Postulan' dibawa gemblengan persaudaraan Bruder-bruder Maria Tak Bernoda. Sebuah nama yang terlalu feminin bagi kami pemuda-pemuda normal yang baru datang dari belahan Nusantara yang berbeda dan sedikit liar. Saya percaya kami memiliki kemauan yang sama yaitu mau mengabdi Tuhan melalui hidup membiara.

Setiap pagi-pagi buta di postulan, kami berjalan kaki atau mengayuh sepeda ke gereja Santo Yosep untuk mengikuti persembahan misa bersama Romo Yudho, MSF. Sepulang dari gereja itu kami langsung bergegas masuk kapel untuk mendaraskan Mazmur dalam irama monoton penuh pujian dan syukur. Sikap hormat, khusuk dan menunduk kepada Sang Khalik yang tersembunyi namun nyata dalam seluruh ciptaan dan dalam rasa persaudaraan yang universal.

Tuhan terasa begitu menyatu dekat di hati. Setiap tutur kata diatur agar tidak keras jangan sampai mengganggu atau menyinggung perasaan orang lain. Kata-kata yang merusak persaudaraan dibuang jauh dari dalam kamus kehidupan melalui doa bersama, meditasi dan refleksi. Sahabat-sahabat yang belajar bersama kami dalam Kursus Pembina Remaja (KPR) sangat memperkaya dan memperkuat tekad kami untuk menjadi calon biarawan yang tangguh. 

Sepuluh bulan bersama mereka terasa begitu singkat. Kota Pati yang panas dan serbuan ulat gatal berbulu dari pohon-pohon mangga di halaman bruderan tidak menjadi halangan bagi kami untuk hidup bersama dalam satu aturan meski dalam kelompok-kelompok hidup yang berbeda. Ada kelompok susteran, yaitu beberapa suster dan gadis-gadis. Ada kelompok BLK (Balai Latihan Kerja) yaitu para pemuda awam, dan kami kelompok calon bruder dari dua kongregasi berbeda, sera bruder dan frater dari tiga kongregasi.

Pak Singo Dimejo atau Bruder Leo Jansen, MTB sangat bijaksana mengatur semua itu. Pendidikan Postulan bergandengan dengan KPR terasa begitu cocok. Kami tidak menjadi 'manusia asing' di tengah dunia. Dan kawan-kawan yang mewakili sesama manusia tidak menjadi 'duri' yang dapat menghalangi panggilan kami. Justru mereka menjadi motivator, kaki-tangan Tuhan yang ikut memurnikan niat kami untuk hidup membiara. 10 bulan KPR menghantar kami bertiga memasuki alam Novisiat yang semakin menantang namun semakin indah. 

8 Desember 1985, hari pengesahan kami menjadi putera-putera Maria. Meskipun kami akhirnya meninggalkan kehidupan membiara, dalam hati kami tentu tidak terhapus begitu saja pengalaman hidup di 'Taman Postulan'. Untuk 'orang kudus' kebanggaanku, Br. Leo Jansen, MTB yang tinggal di HujBerghen - Nederland, sahabatku FX. Ahmad Suhardi yang menghilang ke kota Malang dijemput saudarinya dan sahabatku Frans Suka dari Bajawa - Flores yang katanya sudah ke surga, saya memohonkan kebahagiaan bagimu.  

Semoga pada hari yang istimewa ini, 8 Desember 2014, Tuhan berkenan melimpahkan berkat-Nya melalui Bunda Maria yang Dikandung Tanpa Noda bagi ketahanan dan perkembangan biara-biara Kristus di dunia. Sekularisme semakin menggerogoti ketahanan Gereja dan biara-biara, namun seperti badai yang diredahkan Tuhan di danau Galilea, Gereja Tuhan akan tetap tampil sebagai pemenang yang abadi. Marilah kita bertekun dalam iman dan pengharapan akan Kristus dan Bundanya yang tersuci. 
== Rofinus ==




Sabtu, 15 Oktober 2011

BENCANA PEMICU EKSODUS


Tahun 1960-an daerah di pesisir tenggara pulau Lembata sangat ramai. Bukit-bukit dan lembah disemarakan dengan nyanyian dan tarian anak-anak, remaja hingga dewasa. Dari lereng-lereng bukit selalu terdengar suara-suara merdu nyanyian dolo-dolo diiringi kicauan burung-burung. Semua berpacu dalam usaha-usaha yang hidup penuh bergairah. Dendang dari ladang kacang menghiasi alam yang asri dan mengalirkan kedamaian ke dalam hati. Tetapi bulan Juli tahun 1979, sebuah bencana merombak seluruh tatanan kedamaian yang sudah sejak lama tercipta. Kesedihan, kegelisahan, kecemasan menghantui perasaan setiap orang di daerah ini.Betapa tidak? Dalam semalam saja, Waiteba yang kala itu adalah ibukota kecamatan Atadei diporak-porandakan tsunami dan longsor dari bukit Batanamang sejauh belasan kilometer. Tidak ada saksi mata karena peristiwa 'pembantaian' itu terjadi malam hari. Seluruh desa Waiteba untuk sekian lama tenggelam dalam amukan hempasan laut. Korban manusia, hewan dan pepohonan tercecer berserakan tak beraturan. Mereka yang selamat dan juga masyarakat sekitar bencana mengambil langkah menyelamat diri dan sanak keluarga. Sebagian masyarakat Atadei melakukan eksodus secara masal dan membentuk pemukiman baru di Lamahora serta Loang. Sebagian lagi menjadi transmigran di Kalimantan dan juga di Papua. Bencana pemicu eksodus warga untuk menyebarkan kegembiraan ke pulau yang lain. http://www.kompas.com/

MISTERI SALIB DI POHON KELAPA: SALIB UNTUK LEMBATA

MISTERI SALIB DI POHON KELAPA: SALIB UNTUK LEMBATA

Rabu, 23 Maret 2011

SALIB UNTUK LEMBATA


TUHAN ADA DI SINI

Kejadian atau peristiwa sehari-hari tanpa disadari sepertinya ADA yang mengikutinya secara dekat, mendalam dan sangat teliti. Tetapi manusia seakan tidak memperdulikanNya. Mereka sibuk bekerja dan bekerja. Ada sekelompok orang tetap tekun berdoa dan melaksanakan perintah-Nya, tetapi lebih banyak yang tidak mengindahkan-Nya lagi. 

Keberadaan-Nya seakan cuma mitos masa lalu dan hanya cocok untuk orang-orang skeptis yang takut akan suatu mimpi menakutkan yang tidak pernah akan menjadi kenyataan. Demikian mereka berpikir dan mencibir.

Mereka mulai dengan caci-maki, menggoda wanita dengan makian kotor dan akhirnya mereka terjebak dalam pelacuran. Tetapi itu dialami sebagai budaya modern yang sangat positif. Mereka yang tidak mengikuti cara seperti yang mereka praktekan dinilai sebagai manusia kolot yang ketinggalan zaman.

Bangunan gereja tidak diindahkan lagi dan mereka lebih tertarik membangun bar-bar minuman dan gubuk-gubuk pelacuran serta meja-meja judi. Tuhan hadir dalam tanda yang mereka kenal yaitu SALIB menyala yang tergambar pada daun kelapa yang masih hidup. Tetapi apa kata mereka?

Mungkin itu tipuan iblis yang mau merebut kenikmatan mereka. Maka korupsi dan pelacuran semakin merajalela.
TUHANKU, MEREKA ADALAH MILIK-MU YANG MATANYA BARU TERBUKA MELIHAT KEMILAU BUJUKAN IBLIS. APAKAH MEREKA akan DIBIARKAN BINASA BERSAMA IBLIS?